Jumat, 02 Agustus 2013

Sambutan Parisada pada Padiksan


KATA SAMBUTAN
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PADA ACARA MEBUMI SUDHA, NGELINGGIHAN WEDA LAN MAPULANG LINGGA
SIRA MPU PANDHYA DWIJANANDA PUTRA DAN SIRA MPU GALUH SUSILA PUTRI
GRYA MAETRI GIRI WANUA
Desa Wia-Wia, 06 April 2013 
 
Om Swastyastu,

Para Pandita lan Pinandita maka sami yang kami sucikan,
Pembimas Hindu yang kami hormati,
Para pengurus lembaga-lembaga Hindu yang sempat hadir yang kami hormati,
Pengurus Maha Semaya Warga Pande Prov. Sultra,
Pengurus PHDI Kab. Kolaka
Prawartaka karya/panitia Pediksan yang kami hormati
Para Undangan yang berkenan hadir, Para tokoh dan sesepuh Umat Hindu
Umat se-dharma yang berbahagia,

           Pertama-tama marilah kita sama-sama menghaturkan angayu bagia, puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas asungkerta lan Waranugraha beliau pada kesempatan yang berbahagia ini, nemonin Rahina Kuningan, kita secara bersama-sama dapat hadir secara langsung menyaksikan yang boleh dikatakan langka karena jarang kita menyaksikannya yaitu upacara Mebumi Sudha, Ngalinggihan Weda lan mapulang Lingga Sulinggih kita. Kami dari Majelis Tertinggi Agama Hindu (Parisada) Prov. Sultra memberikan apresiasi yang tinggi dan menyambut baik terlaksananya upacara ini, tentunya ini semua berkat kerja keras dari semua panitia khususnya Pasemetonan Maha Semaya Pande dan umat se dharma yang di Kabupaten Kolaka pada umumnya. Perkenankan di awal sambutan ini, kami mengucapkan selamat hari Raya Kuningan, semoga Hyang Parama Wisesa, Bhatara-Bhatari leluhur senantiasa memberikan berkah dan anugerahnya bagi kita semua.

Tipe- Tipe Kepeminpinan

Berdasarkan Konsep, Sikap, Sifat Dan Cara-Cara Pemimpin Tersebut Melakukan Dan Mengembangkan Kegiatan Kepemimpinan Dalam Lingkungan Kerja Yang Dipimpinnya. Kepemimpinan Dapat Diklasifikasikan Kedalam Empat Tipe Yaitu :

1. Tipe Otoriter (Auhoritarian )

Tipe Ini Memiliki Ciri-Ciri Sebagai Berikut :

Sebagai Diktator
Menggerakan &Memaksa
Menunjuk & Memberi Perintah
Menyampaikan Instruksi
Tidak Adanya Rapat Atau Musyawarah
Pengawasan Adalah Pengontrolan, Bersifat Inspeksi
Timbul Oposisi,Menyerah Tanpa Kritik, Abs,
Sifat Apatis, Agresif.


SAMBUTAN PENGURUS PHDI SULTRA DALAM ACARA PENGABENAN MASAL DI DESA LAMOARE KEC. LADONGI KAB. KOLAKA

Om Swastyastu,
Asalam Mu Alaikum W. W

Pandita dan Pinandita yang kami sucikan
Yang Terhormat Bapak Bupati Kolaka (Bapak DR. H. Buharimata)
Yang kami hormati Ketua PHDI Kab. Kolaka dan jajarannya
Yang kami hormati, tokoh dan sesepuh Umat Hindu
Umat se-dharma Yang berbahagia.

        Pertama-tama marilah kita sama-sama menghaturkan Angayu Bagia, puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas asungkerta atau anugerah beliau pada kesempatan ini kita dapat secara bersama-sama dengan Bapak Bupati Kolaka dapat hadir dalam rangkaian upacara Pitra Yajna dalam hal ini upacara Pengabenan umat Hindu, Desa Lamoare, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka. Suatu kebahagiaan bagi kami sebagai pengurus Majelis Tertinggi Agama Hindu (Parisada) Prov. Sultra dan secara pribadi dapat hadir secara langsung dalam kegiatan ini.

Bapak Bupati yang Kami hormati,
        Dalam kitab suci bhagawadgita VIII. 8 disebutkan ada enam kelemahan hidup manusia yang tidak bisa di tolak atau di hindari, lahir (jatma), sakit (wyadi), kesengsaraan (dukha), kealpaan (dosa) umur tua (jara) dan kematian (mrtyu). Siapapun itu kelemahan itu melekat pada dirinya, bagi yang hidup kematian adalah suatu yang pasti, bagi yang pasti kelahiran adalah sesuatu yang mungkin, kalau kita meyakini konsep ajaran reinkarnasi. Kematian mesti direnungkan setiap saat oleh manusia, karena itu merupakan bagian dari nasib yang diakibatkan oleh karmaphalanya sendiri. Dalam Canakaya Nitisastra XIII. 4 ada dinyatakan bahwa; ayuh (umur), Karma (pekerjaan), Wita (kekayaan), Widya (ilmu pengetahuan) dan Nidahana (kermatian) sudah ditentukkan oleh Tuhan saat roh manusia masih dalam kandungan ibu. Tuhan menetapkan lima hal itu berdasarlkan karma-karma yang dilakukan sebelumnya, tentu Tuhan tidaklah sewenang-wenang menentukan. Menurut keyakinan Hindu Tuhan  itu maha adil dan menegakan ajaran Hukum Karma Phala yang diciptakanNya. Demikianlah soal kematian secara garis besarnya kematian itu sudah ditetapkan berdasarkan karma-karma sebelumnya. Mati itu salah satu dari bentuk nasib yang dikaitakan oleh karmanya masing-masing.